Laporan pengamatan terhadap hama penyerang ikan Dan Mengidentifikasi gejala serangan penyakit terhadap tinggkah laku ikan
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Perikanan dan Kelauatan adalah salah satu sektor ekonomi
yang sangat strategis bagi perkembangan pembangunan Indonesia melalui kegiatan
ekspor produk perikanan. Saat ini pemerintah berusaha menjadikan sector
kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor andalan yang diharapkan mampu
mengeluarkan bangsa Indonesia dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan bertujuan untuk menyediakan protein
hewani pada makanan dan bahan mentah bagi industri perikanan, meningkatkan
pendapatan petani ikan, menciptakan kesempatan kerja dan bisnis dan
meningkatkan devisa negara melalui promosi ekspor produk perikanan budidaya,
dan dukungan daerah sebagaimana pembangunan nasional berkelanjutan.
Ikan
adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka
ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya
masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas
Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut
iwak (jv, bjn), jukut (vkt).
Ikan
memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft)
hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada
beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan
paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Sampai
saat ini, ikan pada umumnya dikonsumsi langsung. Upaya pengolahan belum banyak
dilakukan kecuali ikan asin. Ikan dapat diolah menjadi berbagai produk seperti
ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk ikan, ikan asin, kemplang, bakso
ikan dan tepung darah ikan sebagai pupuk tanaman dan pakan ikan.
Seiring dengan peningkatan peran sektor ini dalam
pembangunan nasional, ekses negatif yang ditimbulkannya terhadap lingkungan pun
semakin meningkat akibat usaha intensifikasi tanpa mengindahkan daya dukung
lingkungan dan rendahnya efektifitas upaya pencegahan dan pengendalian. Salah
satunya berupa serangan hama dan penyakit ikan yang menjadi penyebab utama
kegagalan dalam usaha budidaya
Umumnya wabah penyakit yang menyerang
ikan dikolam disebabkan oleh kesalahan manusia dalam mengelola lingkungan
kolam. Jarang sekali dijumpai adanya serangan penyakit terhadap ikan yang
dipelihara di kolam-kolam yang terawat baik.. Kerugian yang diderita karena
serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari apabila petani ikan tersebut.
Tidak hanya penyakit Hama juga sering menyerang ikan bila masuk dalam
lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama
dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang
untuk memangsa ikan yang ada.
Hama yang menyerang ikan biasanya
datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat. Hama yang berasal dari
dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena itu
untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan
penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang.
1.2 Tujuan
·
Mahasiswa dapat menganati
bakteri, dan hama, parasit pada ikan
·
Mahasiswa dapat mengetehui berbagai
macam bakteri, hama, dan parasit pada ikan.
·
Mahasia
dapat memahami kolam semi intensif dan penebarannya
·
Mahasiswa
dapat mengetahui parameter Fisika air
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ikan koi
Koi
(bahasa Tionghoa dan bahasa Jepang: 鯉, Romaji: koi) adalah jenis ikan karper Cyprinus carpio yang
dipelihara untuk menghias rumah, berasal dari Tiongkok dan banyak tersebar di
Jepang. Mereka berkerabat dekat dengan ikan mas, dan karena itu banyak orang
menyebutnya ikan mas koi yang sebenarnya adalah misnomer. Koi dianggap membawa
keberuntungan.
gambar 1.
ikan koi jantan
2.2. Hama
Hama adalah
organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi
produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai
organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai
predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan
yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri.
Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang
dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air
maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada.
Hama yang
menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat.
Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang
sempurna. Oleh karena itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya
dapat dilakukan penyaringan pada saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama
ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva serangga, serangga air, ikan
carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister atau
ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan
hanya pada saat ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat.
Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya umumnya hama sulit memangsanya. Hama
yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular, belut, ikan liar pemangsa.
Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta atau
bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah
juga akan mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi
pesaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan :
• Pengeringan dan
pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis
pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
• Pada pintu
pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. Saringan
air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama ke dalam
kolam budidaya.
• Secara rutin
melakukan pembersihan disekitar kolampemeliharaan agar hama seperti siput atau
trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya
Untuk
menghindari adanya hama ikan, dilakukan pemberantasan hama dengan menggunakan
bahan kimia. Akan tetapi penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati hal ini
mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan kimia sintetis
umumnya sulit mengalami penguraian secara alami, sehingga pengaruhnya (daya racunnya) akan lama dan
dapat membunuh ikan yang sedang dipelihara. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan
bahan pemberantas hama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar
tuba, biji teh, daun tembakau dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh
hama yang ada dalam kolam dan cepat terurai kembali menjadi netral. Pada Tabel
8.1. di
bawah ini kandungan zat aktif serta dosis yang tepat untuk pemberantasan
hama.
Ada beberapa tindakan penanggulangan serangan hama yang
dapat dilakukan, antara lain adalah sebagai berikut :
2.2.1 Ular
Ular
adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik
seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata).
Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan
kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak
berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat
dijadikan pegangan.
Ular merupakan salah
satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun,
dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat
ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular
semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak
gunung, di daerah Irlandia dan Selandia baru dan daerah daerah padang salju
atau kutub.
Banyak jenis-jenis ular
yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak
tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau
menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian
yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan
laut. Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular
perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan
ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain,
termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat
memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.
Ular
memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping
yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah,
melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar
lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih
dahulu. Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa
dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh
mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan
jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin),
dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu
biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan
makanan itu apabila telah ditelan. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk
membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di
bawah sinar matahari. Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur.
Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir.
Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di
bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui
telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.
Sebagian ular, seperti
ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak.
Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya
berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar
sebagai ular kecil-kecil.
Sejenis ular primitif,
yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya
diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu
bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).
Penanggulangan Ular
1. Ular tidak menyukai tempattempat yang bersih. Karena itu,
cara menghindari serangan hama ular adalah dengan mejaga kebersihan lingkungan
kolam.
2. Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok,
sebaiknya dibuat pematang dari beton atau tembok untuk menghindari serangannya.
3. Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada
ular, bisa langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali.
Penanggulangan Belut
1. Sebelum diolah, sebaiknya kolam digenangi air setinggi 20
– 30 cm, kemudian diberi obat pembasmi hama berupa akodan dengan dosis rendah,
yakni 0,3 – 0,5
cc per meter kubik air.
2. Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2
hari hingga belut mati. Selanjutnya air dibuang.
2.2.2 Gabus
Ikan gabus
adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan
banyak nama di pelbagai daerah: bocek dari riau, aruan, haruan (Mly.,Bjn),
kocolan (Btw.), bogo (Sd.), bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), kabos
(Mhs.) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama
seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped
snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793).
Penanggulangan Ikan Gabus
1. Memasang saringan di pintu pemasukan air kolam, sehingga
hama ikan gabus tidak dapat masuk.
2. Mempertinggi pematang kolam agar ikan gabus dari saluran
atau kolam lain tidak dapat loncat ke kolam yang berisi ikan.
2.2.3 Ikan Seribu
Gupi, ikan seribu, ikan cere, atau
suwadakar (Poecilia reticulata), adalah salah satu spesies ikan hias air tawar
yang paling populer di dunia. Karena mudahnya menyesuaikan diri dan
beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar
yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam perdagangan ikan hias dikenal
sebagai guppy atau juga millionfish[1], di berbagai daerah ikan ini juga dikenal
dengan aneka nama lokal seperti gepi (Btw.), bungkreung (Sd.), cethul atau
cithul (Jw.), klataw (Bjn), dan lain-lain. Gambar
2 ikan seribu
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama ini terhadap
ikan :
- Pengeringan
dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis
pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
- Pada
pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam
kolam. Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya
kotoran dan hama ke dalam kolam budidaya.
- Secara
rutin melakukan pembersihan disekitar kolampemeliharaan agar hama seperti
siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya.
2.2.4 Keong Emas
Keong mas pada kolam, rawa, dan
lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah tropik dan subtropik
dengan temperatur terendah 10˚C (Anonim, 2006). Hewan ini mempunyai insang dan
organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam
air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup
pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan
daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau
lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah, sehingga
metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya
untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup
pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan
oksigen.
gambar 3. Keong emas
2.3 PENYAKIT
Pada kebiasaannya, penyakit-penyakit
ikan adalah disebabkan oleh patogen
(agen-agen
yang menyebabkan penyakit) seperti berikut :-
a)
Parasit (Endoparasit/Ektoparasit)
b)
Kulat
c)
Bakteria
d)
Virus
e)
Punca-punca lain seperti faktor genetik dan persekitaran
i)
Penyakit Primer
Penyakit
ini berlaku apabila ikan saling bertindak dengan patogen buat pertama
kalinya.
Ini berlaku apabila kita campurkan ikan yang besar dengan ikan yang
kecil.
Ikan besar walaupun mempunyai patogen tetapi ianya tidak menunjukkan
tanda-tanda
penyakit kerana ikan tersebut sudah lali terhadap penyakit itu. Bagi
ikan
yang kecil dan baru pertama kali bertemu dengan patogen, ia mudah
diserang
penyakit. Dalam proses pengawanan ikan, penyakit primer juga boleh
berlaku
dimana patogen dari induk akan merebak kepada anak.
ii)
Penyakit sekunder
Penyakit
ini berlaku apabila faktor-faktor tekanan yang boleh melemahkan ikan
wujud
dan menyebabkan ikan (termasuk ikan yang lali terhadap sesuatu
penyakit)
senang diserang oleh patogen. Ini adalah kerana dalam keadaan
biasa(tanpa
tekanan) terhadap patogen-patogen tetapi dengan adanya faktorfaktor
tekanan,seperti
suhu, mutu air dan lain-lain, ikan menjadi lemah dan daya
ketahannya
tidak cukup untuk melawan serangan patogen.
2.3.1 Ciri-ciri ikan berpenyakit
a. Ciri ikan yang terdeteksi terkena penyakit
dilihat dari tingkah laku
* Ikan cenderung naik kepermukaan
* Berenang lamban
* Cenderung memisahkan diri
* Nafsu makan berkurang
* Menggosok-gosokan tubuh kedinding kolam
b. Gejala klinis
* Warna tubuh abnormal
* Sisik terkuak
* Mata menonjol
* Tubuh kasap
* Borok dipermukaan tubuh
* Insang rusak
* Sirip teriritasi
* Hati abnormal
2.3.2 Pengendalian penyakit
Pada prinsipnya pencegahan akan lebih baik dan efektif
daripada mengobati. Dibawah ini ada hal yang harus diperhatikan dalam
pengendalian penyakit
* Inang
* Lingkungan
* Pathogen
Ketiga
faktor diatas sangat berkaitan satu sama lain, dengan contoh bila kolam atau
media ikan tidak sesuai standar persiapan kolam(lingkungan) maka akan
memudahkan penyakit menempel pada inang begitupun sebaliknya inang tidak akan
terhinggap penyakit bila lingkungan sudah dipersiapkan sesuai standar dengan
contoh adanya pengapuran dan pemupukan begitupun kondisi suhu air yang ideal.
Penyakit
pada ikan terbagi kedalam
* Parasit
* Jamur
* Bakteri
* virus
a.
Parasit Trichodina sp
Tanda
penyakit : Kulit teriritasi, kumis kriting pada lele
Pengendalian : Methylene blue+Nacl, garam 500-1000 ppm
Epistilis
sp
Pada
ikan hias terlihat benjolan putih pada permukaan kulit, tampilan pucat
Pengendalian
: Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm
Chillodonella
sp
Tanda
penyakit: Gerakan lamban, warna tubuh pucat, kulit teriritasi
Pengendalian : Formalin 25 ppm, garam 500-1000 ppm
Myxosporea
Tanda
penyakit: Insang putih
Pengendalian : Dengan pengapuran.
Lernaea
sp
Tanda
penyakit: Pendarahan poda lokasi infeksi, kurang nafsu makan
Pengendalian : Dengan pengapuran
b.
Jamur
Achlya sp dan Saprolegina sp
Tanda
penyakit adanya hypa (seperti kapas)
Pengendalian
: Methylene blue
c.
Bakteri Aeromonas hydrophila
Tanda
penyakit : Borok, dropsy, iritasi sirip, sisik menguak.
Pengendalian : Antibiotic yang diijinkan
d.
Virus Koi Herpes Virus ( KHV )
Tanda
penyakit: Kematian masal, kerusakan insang
Pengendalian : Dengan caya meningkatkan daya tubuh ikan
dengan pemberian vitamin C untuk ikan
yang belum terserang.
2.4 FAKTOR KONDISI
Salah satu derivat penting dari pertumbuhan ialah faktor
kondisi atau index preponderance dan sering disebut pula sebagai faktor K.
Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi
kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Kondisi ini mempunyai arti
kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan. Jadi
kondisi disini mempunyai arti dapat memberi keterangan baik secara biologis
atau secara komersial .
Pertumbuhan seekor ikan dapat diukur dari tambahan panjang
badan dan kenaikan bobotnya, maka untuk mengetahui normal tidaknya pertumbuhan
ikan pemeliharaan, sebaiknya kita mengukur panjang dan menimbang bobot badan
ikan itu, setiap kali sebelum menebar, dan setiap kali memungut hasil yang diukur
ialah panjang standard, yaitu panjang antara ujung moncong dan pangkal sirip
ekor tanpa mengikutsertakan sirip ekor. Bila ikan tumbuh normal atau baik,
bobotnya akan bertambah sesuai dengan pertambahan panjangnya. Makin panjang
ikan itu, makin beratlah badannya seharusnya.
faktor kondisi atau indeks ponderal dapat disebut pula
sebagai faktor K, merupakan salah satu derivat penting dari pertumbuhan. Faktor
kondisi ini berguna untuk menunjukkan keadaan baik dari ikan. Keadaan ikan
tersebut dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Penggunaan faktor kondisi bila dipandang dari segi komersial maka mempunyai
arti kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan
sehingga faktor kondisi di sini mempunyai arti dapat memberikan keterangan baik
secara biologis maupun komersial.
Selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan berat material
ikan akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal
ini dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari
panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil atau besar. Bila terdapat berat tanpa
diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan
nilai perbandingan.
faktor kondisi bergantung pada sistem ukuran yang dipakai
maka faktor kondisi ini ada tiga macam:
1. Sistem metrik,
dengan rumus:
K= 100 W (gram) / L3(mm)
atau K=10.000 W (gram) /
L3(mm)
2. Sistem Inggris,
dengan rumus:
C= 10.000 W (pounds) / L3 (inches)
3. Sistem Campuran,
dengan rumus:
R= 100 W (gram) / L3
(inches)
Tujuan dari perkalian angka tertentu dengan W/L3 agar dapat
dicapai angka yang mendekati nilai satu (unity). Sistem metrik banyak digunakan
di negara-negara yang telah menggunakan sistem metrik terlebih dahulu.
Sedangkan sistem Inggris banyak dipakai di Inggris dengan negara Common wealth,
dan sistem campuran banyak digunakan di Amerika Serikat. Namun sekarang hampir
semua negara sudah menggunakan sistem metrik .
Seperti telah dikemukakan didalam hubungan panjang berat
bahwa panjang ikan tidak selamanya mengikuti hukum kubik atau panjangnya selalu
berpangkat tiga, dimana hubungan tadi ialah W = cLn. Apabila menghitung kondisi
berdasarkan hubungan panjang berat dengan menggunakan rumus tadi, maka kita
akan mendapatkan faktor kondisi yang dinamakan faktor kondisi relatif (Kn), dengan perumusan Kn = W / aLn, yaitu
yang berdasarkan pengamatan dibagi dengan berat yang berdasarkan kepada dugaan
berat dari panjangnya, yaitu berdasarkan kelompok umur, kelompok panjang atau
sebagian dari populasi. Menurut
Carlender ,faktor kondisi relatif tidak cocok untuk membandingkan diantara
populasi.
Deviasi Kn dari 12 menerangkan semua variasi berat yang tidak berhubungan dengan berat yang
menghasilkan faktor kondisi K kecuali kalau “n” sama dengan 3 hal ini jarang
sekali terjadi. Kn yang didapatkan oleh Patulu (1963) berfluktuasi dengan
ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi relatif tinggi,
kemudian menurun ketika ikan bertambah
besar. Hal ini berhubungan dengan perubahan makanan ikan tersebut yang berasal
dari ikan pemakan plankton berubah
menjadi ikan pemakan ikan atau carnivore. Hal ini dapat terjadi pula apabila
ada perubahan kebiasaan dari perairan estuarine ke perairan laut. Peninggian
nilai Kn terdapat pula pada waktu ikan mengisi gonadnya dengan cell sex dan
akan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan. Fluktuasi nilai Kn juga
dapat dilihat secara bulanan dalam tempo satu tahun atau lebih.
2.5 kualitas air
Kualitas
air kolam haruslah dijaga dengan baik agar pertumbuhan ikan peliharaan bisa
maksimal. Air merupakan habitat bagi kelangsungan hidup ikan air tawar, jika
habitatnya baik maka ikan pun akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula.Ada
banyak faktor yg mempengaruhi kualitas air kolam, namun yg terpenting harus
dijaga yaitu keadaan suhu serta kadar oksigen. Suhu air sangat berpengaruh
terhadap kondisi nafsu makan dari ikan-ikan yg hidup didalamnya.
ketidak-stabilan dan ketidak-cocokan suhu air kolam menyebabkan terganggunya
nafsu makan ikan sehingga pakan yg telah diberikan banyak yg tidak termakan.
Sisa-sisa pakan yg masih terdapat di air kolam lama kelamaan akan
membusuk & menghasilkan senyawa beracun. Akibat dari reaksi pembusukan ini
bisa menyebabkan kadar Oksigen menurun. Jika air kolam kekurangan Oksigen maka
ikan-ikan akan menjadi lemas dan hilang nafsu makan. Apalagi jika penghuninya
terlalu padat.Untuk itu untuk kita harus menjaga kualitas air kolam agar
pertumbuhan dan perkembangan ikan bisa maksimal dengan cara:
- Menjaga kestabilan suhu air
- Menjaga agar ikan-ikan yg berada dalam suatu
kolam jangan terlalu padat
- Diberikan obat perangsang nafsu makan ikan
serta cara Pemberian|Penggunaan
Pakan Ikan Buatan dgn Baik dan Benar agar tidak
banyak sisa pakan yg membusuk
- Diperlukan Usaha
Mencegah Penurunan Kadar Oksigen dalam Air Kolam
- Mengetahui cara
menjaga perubahan kadar pH air kolam ikan
2.6 Parameter Fisika
2.6.1. Suhu
a.
Pengertian
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang
sering disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang
relatif sempit. Biasanya 00C-40C (Nybakken 1992 dalam
sembiring, 2008)
Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam
Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup
dapat melakukan metabolism dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik
yang sangat penting di air
b.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu
Pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan
udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup
oleh vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Brehm dan Melfering,
1990, dalam Barus, 2010). Disamping itu pola temperature perairan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh
aktifitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik.
Pengunduran BAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air
terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan
peningkatan temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan
salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan
(prespiration) aliran sungai (Flux) dan pola sirkulasi air (Hadikusumah, 2008)
2.6.2
Kecepatan Arus
a.
Pengertian
Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor yang mempunyai
peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada perairan
lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan
mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara
vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air
yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian
dari perairan.
Menurut Husabarat dan Stewart (2008), arus merupakan gerakan
air yang sangat luas terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini
mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi
kapal-kapal.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi
oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin
kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya
kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit
untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu
ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi
debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan
kadar sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di
sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi
jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).
2.6.3.
Kecerahan
a.
Pengertian
Kecerahan
adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan dinyatakan dengan persen
(%) dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya
yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air
(kerdi dan Tancung, 2007).
Kecerahan
air berkisar antara 40-85 cm. tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Kecerahan
air pada musim kemarau (Juli – September 2000) adalah 40-85 cm dan pada musim
hujan (November dan Desember 2000) antara 60-80 cm. kecerahan air di bawah 100
cm tergolong tingkat kecerahan rendah (Akromi dan Subroto, 2002).
b.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut
dan Lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan
akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan
akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).
Menurut Effendi (2003),Kecerahan air tergantung pada warna
dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan recchi disk. Kekeruhan pada perairan yang
tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan
tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel halus. Sedangkan
kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh
bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan
permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.
2.6.4
Kedalaman Perairan
a.
Pengertian
Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan
masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis
pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan, evaluasi, penyimpanan pasang surut,
pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi (Roonawale et al, 2010)
Batimetti (dari bahasa Yunani. Barus, berarti kedalam dan
ukuran) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang
tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta gatimetri umumnya
menampilkan relief pantai atau daratan dengan garis-garis kontor (Contor lines)
yang disebut kontor kedalaman (depth contous atau subath) (Aridianto, 2010)
b.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Menurut Ariana (2002) bathmmetri adalah ukuran tinggi
rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan
pantai di samping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di
wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai.
Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh aliran sungai semakin
mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air
pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya
pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman
perairan lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman
perairan lebih dari dasar jaring (Setiawan, 2010)
2.6.5. Warna
perairan
a.
Pengertian
Menurut Marindro (2002). Kriteria warna air tambak yang
dapat dijadikan acuan standart dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di
bawah ini:
1.
warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominasi
chloropiceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca
karena mempunyai waktu moralitas yang relatif panjang.
2.
warna air tampak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominasi diatamoe
3.
warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominasi yang
terjadi merupakan perpaduan antara chlorocyiceae
warna
air merupakan salam satu unsur dari parameter fisika terhadap standar
persyaratan kualitas air (Darmayanto, 2009).
Warna air merupakan hasil refleksi kembali dari berbagai
panjang gelombang cahaya sejumlah material yang berada dalam air yang
tertangkap oleh mata. Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi
(TDS) (pemuji dan Anthonius, 2010).
b.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Warna
perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif,
sehingga penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan koagulan
yang bermuatan positif. Misalnya alumunium dan besi (Sawyer dan Mclarty, 1978).
Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (Blooming) Fitoplankton
(algae) (Effendi, 2003).
Warna
air pada kolam dan tambak, baik sistem tradisional demi intensif maupun intensif
bermacam-macam. Adanya warna air tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain hadirnya beberapa jenis plankton, baik fitoplankton maupun
zooplankton, larutan tersuspensi, dekomposisi bahan organik, mineral ataupun
bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi, 2009).
2.6.6. Substrat
a.
Pengertian
Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik
dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan
tempat hidup.
Menurut Djum 1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat
dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan
dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa
oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air.
b.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kandungan
bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam
perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan tanah liat
(Sembiring, 2008)
Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi
oleh kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai
sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang
selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya, tipe
substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.
III METODOLOGI
3.1
Waktu Dan Tempat
Kegiatan
praktikum dilakukan pada hari Selasa, tanggal 23 April 2013 jam 13.00 . Dan
praktikum ini dilakukan di Laboratorium daan kolam Departement Budidaya
Perikanan vedca cianjur.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Scoopnet
|
Serokan
|
Bascom
|
Botol
sempel
|
Alat
tulis
|
Penggaris
ukur
|
Timbangan
|
Seperangkat
alat kualitas air
|
3.2.2 Bahan
Kolam
|
Alat
tulis
|
Alat
hitung
|
Areal
budidaya
|
3.3.
Langkah Kerja
3.3.1 Pengamatan Terhadap Hama Yang Menyerang Ikan
·
Lakukan
identifikasi jenis hama yang menyerang (melalui udara,darat, dan air) ikan pada
kolam budidaya
·
Catat
dan gambarkan jenis hama yang menyerang kolam budidaya ikan tersebut kedalam
table yang telah disediakan pada hasil praktikum
·
Kelompok
hama yang menyerang ikan tersebut berdasarkan sifatnya dan arah penyerangannya.
Catat hasil ke dalam tabel yang telah disediakan pada lembar praktikum
·
Buatlah
hasil laporan praktikum
3.3.2 Mengidentifikasi Gejala
Serangan Penyakit Terhadap Tingkah Laku Ikan
·
Lakukan
pengamatan terhadap kuaalitas air lingkungan budidaya yang diamati dan catat
hasilnya ke dalam tabel yang disediakan pada hasil praaktik
·
|
Ambil
sempel beberapa ikan yang u pada kolam tersebut secara acak, kemudian hitung
dan tentukan faktor kondisinya . faktor kondisi di hitung menggunakan
rumus :
100 M
K =
L3
Ikan
mempunyai nilai K yang berbeda-beda tergantung jenisnya bila nilai K berubah
dari normal maka ikan dikatakan sakit. Pada ikan mas sehat K= 1,9 sedangkan
yang sakit K= 1,6 ikan yang mempunyai K<1,4 ikan tidak dapat hidup lagi.
· Lakukan
pengamatan terhadaptingkah laku ikan dan terhadap konsumsi pakan dengan
memberikan pakan pada ikan yang dibudidayakan dan amati nafsu makan ikan
· Catat hasil pengamatan tersebut ke dalam tabel yang
telah disediakan pada hasil praktek
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Praktik
A
Luas kolam yang diamati : Panjang = 25,05 m
Lebar
= 11,9 m
Luas = 298,095 m2
Tinggi Air = 48 cm
Jenis kolam yang dibudidayakan : Ikan koi
Jenis budidaya
: Semi intensif
Sumber Air
: Sungai / Irigasi
Keadaan Saluran Inlet
: Baik
Keadaan Saluran outlet
: Kurang baik (banyak bocor)
Tabel hasil pengamatan jenis hama yang menyerang ikan
No.
|
Nama
hama
|
Jenis
penyerangan
|
Sifat
penyerangan
|
jumlah
|
Gambar
|
1.
|
Ikan
seribu
(Poecilia
reticulata)
|
Memakan
pakan
buat
ikan
|
Penyaing
(kompotitor)
|
Banyak (>1)
|
|
2.
|
Keong
Emas
|
Memakan
telur ikan
|
Pemakan
(Predator)
|
Banyak
(>1)
|
|
4.1.2 Hasil
Faktor kondisi
Ikan Nila
·
Ikan
1
b = 225 gr
P = 22 cm
K = 100 M
L3
= 100.225
223
= 22500
10648
= 2,1
·
Ikan
2
b = 150
gr
P = 19 cm
K = 100 M
L3
= 100.150
193
= 15000
6859
= 2,1
·
Ikan
3
b = 225 gr
P = 22 cm
K = 100 M
L3
= 100. 210
213
= 210000
9261
= 2,2
4.1.3 PRAKTIK
B
Komoditas yang dibudidayakan : IKAN KOI
A. Tabel pengamatan Kualtas Air
No
|
Parameter
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
Optimum
|
Pengamatan
|
sesuai
|
Tidak
sesuai
|
||
1
|
Suhu (oC)
|
25-28
|
29
|
|
ü
|
2
|
pH Air
|
6,8-8,2
|
|
|
|
3
|
DO (mg/L)
|
>5
|
5,1
|
ü
|
|
4
|
Kecerahan (cm)
|
>30
|
6
|
|
ü
|
B. Tabel Hasil Pengamaatan Kondisi
Budidaya
No
|
Parameter
|
Keterangan
|
1
|
Kondisi Awal Budidaya
|
162 ekor /m2
300 gr
|
Padat tebar awal (ekor/m2)
Bobot ikan awal penebaran (g)
|
||
2
|
Pakan
|
Pelet
3 %
2 kali
|
Jenis pakan yang diberikan
Feeding Rate (100%)
Feeding time
|
||
3
|
Kondisi Air
|
160 ekor / m2
350 -400 gr
M = 2 x 100 %
162
= 1,2 %
|
Padat Tebar (ekor/m2)
Bobot tubuh ikan (g)
Presentase Mortalitas
|
C. Tabel pengamatan
kelainan tingkah laku ikan dan komsumsi pakan
A. Ikan Koi
No
|
Tingkah laku ikan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Terdapat
ikan yang megap megap di permukaan air
|
|
ü
|
2.
|
Terdapat
ikan yang berenang tidak normal
|
|
ü
|
3.
|
Terdapat
ikan yang berlendir dalam jumlah banyak
|
|
ü
|
4.
|
Terdapat
ikan yang berwarna pucat
|
|
ü
|
5.
|
Terdapat
ikan yang mengalami kerusakan organ luar
|
|
ü
|
6.
|
Nafsu
makan ikan menurun
|
|
ü
|
B. Ikan
Nila
No
|
Tingkah laku ikan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Terdapat
ikan yang megap megap di permukaan air
|
ü
|
|
2.
|
Terdapat
ikan yang berenang tidak normal
|
ü
|
|
3.
|
Terdapat
ikan yang berlendir dalam jumlah banyak
|
ü
|
|
4.
|
Terdapat
ikan yang berwarna pucat
|
ü
|
|
5.
|
Terdapat
ikan yang mengalami kerusakan organ luar
|
ü
|
|
6.
|
Nafsu
makan ikan menurun
|
ü
|
|
4.2 Pembahasan
Pengamatan
praktik A membahas tentang kontruksi kolam yang dimana kolam yang digunakan
semi intensif (dinding pematang beton/semen) dengan bagian bawah masih tanah.
Ikan yang di pelihara adalah ikan koi dengan salauran inlet yang masih bagus
dan saluran outlet yang terdapat ada yang bocor mengakibatkan debit inlet harus
di samakan dengan debit outlet yang bocor tersebut.
Hama
yang menyerang ikan di kolam terdapat ikan seribu , yang dimana ikan seribu itu
sebagai penyaing (kompotitor) makanan ikan mas koi jika pakan yang diberikan 3
% maka bisa mengakibatkan yang di makan ikan koi mungkin bisa 2 % dan pemberian
pakan pembesaran adalah 3-5 ikan harus memakan pakan buatan dalam bentuk pellet
yang diberikan sebanyak 3-5% sehari dan frekuensi pemberian pakan 3-5 kali
sehari. Pakan buatan tersebut harus mengandung protein 20-30%.(gusrina 2008).
Cara menghilangkan ikan seribu harus pengapuran sebelum pengisian air ,
Pengapuran dasar kolamsebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat
tanah dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat
dilakukan. Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit.
Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya
adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan
kapur tohor/kapur aktif (CaO). (Gusrina 2008). Hama yang kedua adalah keong mas
yang sering memakan telur ikan karena ini kolam untuk pembesaraan tidak ada
telur ikan, jadi keong mas tidak menyerang ikan mas atau pun kompotitor.
Kualitas
parameter fisika , suhu di kolam 29oC optimumnya 25-28oC respon
pemberian pakan optimum Pemberian pakan optimum 28 – 30oC (Tucker
and Hargreaves, 2004) jadi untuk pemberian pakan respons itu dalah nilai
optimum sudah baik.
Suhu air (C)
Respon konsumsi pakan
|
Respon konsumsi pakan
|
Mendekati 0
|
Kondisi kritis minimal
|
8 – 10
|
Tidak ada respon terhadap pemberian
pakan
|
15
|
Pemberian pakan berkurang
|
22
|
50% optimum
|
28 – 30
|
Pemberian pakan optimum
|
33
|
50% optimum
|
35
|
Pemberian pakan berkurang
|
36 – 38
|
Tidak respon terhadap pemberian
pakan
|
38 – 42
|
Kondisi kritis minimal
|
Suhu juga berpengaruh terhadap DO (Dissolved
Oxygen) pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan dissolved oxygen meter (DOmeter)
dengan di dapat anggka 5,1 (ml/l) Semua makhluk hidup untuk hidup sangat
membutuhkan oksigen sebagai faktor penting bagi pernafasan. Ikan sebagai salah
satu jenis organisme air juga membutuhkan oksigen agar proses metabolisme dalam
tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen
terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air
karena ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung
dengan udara. Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti
jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional
dinyatakan ppm (part per million). Air mengandung oksigen dalam jumlah yang
tertentu, tergantung dari kondisi air itu sendiri, beberapa proses yang
menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air yaitu: 1. Diffusi oksigen dari udara
kedalam air melalui permukannya, yang terjadi karena adanya gerakan
molekul-molekul udara yang tidak berurutan karena terjadi benturan dengan
molekul air sehingga O2 terikat didalam air. Proses diffusi ini akan selalu
terjadi bila pergerakan air yang mampu mengguncang oksigen, karena kandungan O2
didalam udara jauh lebih banyak. Menurut penelitian, air murni 1000 cc pada
suhu kamar mengandung 7 cc O2, sedangkan udara murni suhu pada kamar mengundang
210 cc O2. Dari gambaran tersebut, maka air relatif mudah melepaskan
O2 ke udara. (gusrina, 2008).
Kecerahan
kualitas kolam ikan koi 6 cm sedangkan optimumnya >30 cm, dikarenakan
banyaknya lumpur yang tersupensi di air akibatnya tingkat kecerahan pun rendah.
Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh: a. Benda-benda halus yang
disuspensikan (seperti lumpur dsb) b. Jasad-jasad renik yang merupakan
plankton. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal
dari daun-daun tumbuhan yang terektrak), Nilai kecerahan yang ideal untuk
pertumbuhan air sebaiknya berkisar antara 25 – 40 cm. (Gusrina 2008).
Pengamatan
kedua kondisi budidaya, 162 ekor / m2
dengan bobot awal 300 gr . dengan pakan pellet feeding rate dan feeding time 2
kali pemberian pakan kondisi akhirnya padat tebar 160 ekor / m2
dengan berat tubuh naik 350 – 400 gram . dengan mortalitas M = 2/162 x 100 % =
1,2 % kematian ikan hanya 1,2 % .
C. Tabel Hasil Pengamaatan Kondisi
Budidaya
No
|
Parameter
|
Keterangan
|
1
|
Kondisi Awal Budidaya
|
162 ekor /m2
300 gr
|
Padat tebar awal (ekor/m2)
Bobot ikan awal penebaran (g)
|
||
2
|
Pakan
|
Pelet
3 %
2 kali
|
Jenis pakan yang diberikan
Feeding Rate (100%)
Feeding time
|
||
3
|
Kondisi Air
|
160 ekor / m2
350 -400 gr
M = 2
x 100 %
162
= 1,2 %
|
Padat Tebar (ekor/m2)
Bobot tubuh ikan (g)
Presentase Mortalitas
|
Pengamatan
tingkah laaku ikan dan komsumsi pakan ikan nila , terdapat ikan yang
mengap-megap di perkirakan terkena penyakit hipoksia karena rendahnya DO dan
banyaknya oksigen terlarut dan asidosis karenanya penurunan rendahnya pH air,
yang kedua ikan berenang tidak normal diperkirakan terkena penyakit swimbreder diakibatkan
suhu tinggi dan bluming alga. Ikan berlendir dalam jumblah banyak di perkirakan
terkena penyakit asidosis. Ikan berwarna pucat alkalisis akibat pH terlalu
basah. Terdapat organ yang rusak dan nafsu makan berkurang asidosis.
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 Praktik A
kolam menggunakan kolam semi intensif dan dengan luas kolam
yang sudah standar jenis ikan di budidayakan ikan mas koi . hanya saja saluran
outlet yang terlihat bocor akibat belom adanya perbaikan kolam. Hama yang
menyerang cenderung hanya 2-4 spesies saja dan mengakibatkan kira-kira sekitar
0,5 – 1 % pakan untuk ikan koi di makan oleh kompotitor ikan seribu. Dapat
disimpulkan bahwa kolam baik hanya outlet yang bocor dan feeding rate pakan
berkurang sekitar 0,5 – 1 % .
5.1.2 Praktik B
Kolam budidaya ikan koi yang tidak sesuai dengan optimum
parameter fisika nya yaitu Suhu air, Kecerahan air. Kematiaan ikan koi sekitar
1,2 % dalam kolam. Ikan nila yang diamati hampir semua terkena ciri-ciri
penyakit akibat perubahan kualitas air, asidosis, swimbleder, alkalosis ,
apoksia / hipoksia , gas bablelisis.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kenesius, Yogyakarta
Effendi, I. 2004. Pengantar
Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan
Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
http://www.dejeefish.com/penyakitikan.html
(unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)
http://www.cp-petfood.com/article/penyakit-penyakit-pada-ikan-air-tawar
(unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)
http://budidayaukm.blogspot.com/2011/07/cara-menjaga-kualitas-air-kolam-ikan.html(unduh
tanggal 28 april 2013 jam 19.30)
http://siklushidupkeongmas.blogspot.com/2011/10/dulunya-keong-emas-berasal-dari-amerika.html
(unduh tanggal 28 april 2013 jam 19.30)
http://ranifiskimper.blogspot.com/(unduh
tanggal 28 april 2013 jam 19.30)
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila
(unduh
tanggal 28 april 2013 jam 19.30)
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_koi
(unduh
tanggal 28 april 2013 jam 19.30)
Tucker,
C.S and Hargreaves, J.A. 2004. Biology and culture of Channel Catfish.
Elsevier. B.V. Amsterdam.